Cantik Seutuhnya

Senantiasa tampil cantik dan menawan adalah dambaan setiap insan. Berbagai perawatan dilakukan demi meraih penampilan yang diinginkan. Dari metode tradisional hingga terapi yang paling mutakhir, banyak tersedia untuk mewujudkan impian tersebut. Aktivitas ini tidak hanya dilakukan kaum Hawa. Kaum Adam memiliki kecenderungan yang sama. Fenomena pria metroseksual adalah satu bukti.

Mengejar penampilan jasmani tidak disalahkan dalam agama. Selain merupakan fitrah yang manusiawi, Allah SWT pun menyenangi hambanya yang memerhatikan penampilan karena Ia Mahaindah dan mencintai keindahan.

Hanya saja, penampilan fisik ini bukanlah segala-galanya. Kecantikan fisik bisa memudar seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Maka, ada satu hal yang akan menjaga nilai kecantikan ini agar tidak pernah sirna, yaitu menghidupkan kecantikan rohani yang bersumber dari relung kesalehan hati.

Kecantikan rohani ini akan memancar jika pemiliknya mampu menjaga kebersihan hati dan menghilangkan penyakit-penyakitnya. Betapa besarnya peran dan fungsi hati dalam membentuk kepribadian. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW berujar, ''Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh perbuatannya. Dan, apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh perbuatannya. Ketahuilah itu adalah hati.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah buah akhlak yang dikendalikan oleh hati. Ketika seorang Muslim memahami hakikat hidup di dunia, hatinya akan segera bertindak untuk mempercantik diri dengan akhlak mulia sesuai tuntunan Rasulullah serta mencampakkan tindakan tercela berupa syirik, iri, dengki, dan takabur.

Untuk menghadirkan kecantikan rohani, kaum Muslim tidak perlu merogoh uang saku yang banyak untuk perawatan. Hanya perlu memperbanyak amal saleh dan menjauhi segala bentuk perbuatan maksiat dan menggantinya dengan dzikir pada Allah SWT.

Suatu ketika Ibnu Abbas mengatakan, ''Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki, dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya.''

Apabila kita telah tersadar untuk mempercantik diri secara lahiriah dengan busana dan perawatan tubuh yang sesuai dengan aturan Allah SWT, mari kita sempurnakan dengan mempercantik mata hati kita agar lebih dicintai Allah SWT dan seluruh makhluknya.


-----------------------
Dari kebun hikmah

Orang Beriman Tidak Mengalami Kiamat

Kiamat merupakan hari yang sangat dahsyat di mana Allah subhaanahu wa ta’aala taqdirkan terjadinya kehancuran total seluruh alam atas kehendak-Nya sendiri. Allah subhaanahu wa ta’aala yang menciptakan segala sesuatu berhak dan tentunya Maha Kuasa untuk menghancurkan semuanya. Pada hari itu gunung-gunung akan diterbangkan seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran. Bintang-bintang pada berjatuhan, unta-unta bunting ditinggalkan alias tidak diperdulikan, binatang-binatang liar dikumpulkan sedangkan lautan dipanaskan.



Sungguh, peristiwa berlangsungnya kiamat merupakan peristiwa yang sangat menakutkan dan menggoncangkan jiwa manusia. Bila kita cermati ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan peristiwa kiamat, maka kita akan segera melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Kita tidak bisa bayangkan bagaimana manusia bisa selamat dari peristiwa tersebut. Dan memang, tidak ada yang bakal selamat dari kejadian kiamat. Hari tersebut merupakan puncak kehancuran alam raya dunia fana ini.


Berbagai kehancuran alam yang terjadi di masa lalu sepanjang sejarah manusia seringkali digambarkan Al-Qur’an sebagai bentuk azab Allah subhaanahu wa ta’aala kepada kaum-kaum terdahulu yang membangkang kepada para Nabi utusan Allah ’alaihimus-salaam. Oleh karenanya, peristiwa kiamat bisa dikatakan sebagai puncak azab bagi manusia yang tersisa di saat itu. Dan hal ini selaras dengan keterangan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dalam haditsnya di mana dikatakan bahwa peristiwa kiamat hanya menimpa orang-orang yang jahat.


عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ النَّاسِ



“Kiamat tidak akan berlangsung kecuali menimpa atas orang-orang yang paling jahat.” (HR Muslim 5243)


Lalu di mana keberadaan orang-orang beriman alias kaum muslimin saat kiamat terjadi? Berdasarkan hadits-hadits shohih, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengatakan bahwa sebelum kiamat terjadi saat tanda-tanda besar mulai bermunculan, maka begitu sudah dekat sekali menjelang terjadinya kiamat Allah subhaanahu wa ta’aala akan mendatangkan sebuah angin sejuk yang menyebabkan setiap orang beriman menemui ajalnya saat tersentuh angin tersebut. Sebab Allah subhaanahu wa ta’aala tidak akan mengizinkan kiamat terjadi ketika masih ada kaum beriman di muka bumi walau seorangpun.



قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ رِيحًا مِنْ الْيَمَنِ أَلْيَنَ مِنْ الْحَرِيرِ فَلَا تَدَعُ أَحَدًا فِي قَلْبِهِ قَالَ أَبُو عَلْقَمَةَ مِثْقَالُ حَبَّةٍ و قَالَ عَبْدُ الْعَزِيزِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ


”Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aala akan mengutus suatu angin yang lebih lembut dari sutera dari arah Yaman. Maka tidak seorangpun (karena angin tersebut) yang akan disisakan dari orang-orang yang masih ada iman walau seberat biji dzarrah kecuali akan dicabut ruhnya.” (HR Muslim 1098)


Setelah Allah subhaanahu wa ta’aala mencabut nyawa semua orang beriman, termasuk orang yang di dalam hatinya terdapat sedikit keimanan, Allah subhaanahu wa ta’aala mendatangkan kiamat sebagai balasan atas kekufuran dan kemusyrikan yang dilakukan manusia yang masih hidup di muka bumi. Demikianlah yang dijelaskan hadits Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.



ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّأْمِ فَلَا يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ … فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا فَيَتَمَثَّلُ لَهُمْ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ أَلَا تَسْتَجِيبُونَ فَيَقُولُونَ فَمَا تَأْمُرُنَا فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الْأَوْثَانِ وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ حَسَنٌ عَيْشُهُمْ ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ


Rasulullah bersabda: “Kemudian Allah melepaskan angin dingin yang berhembus dari Syam. Maka tidak seorangpun dari manusia yang beriman kecuali dicabut nyawanya... sehingga yang tersisa hanya manusia jahat yang tidak memiliki keimanan. Mereka tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk hingga syetan muncul dan berkata: ”Mengapa kalian tidak memenuhi seruanku saja?” Mereka menjawab: ”Apa yang kalian perintahkan pada kami?” Syetan memerintahkan kepada mereka untuk menyembah berhala. Maka merekapun mengikuti saran tersebut. Sedangkan mereka berada dalam kehidupan yang serba berkecukupan, kemudian ditiuplah sangkakala (hari kiamatpun datang).” (HR Muslim 14/175)


Maka, saudaraku, marilah kita menjaga ni’mat yang paling istimewa ini, yakni ni’mat iman dan Islam di dalam dada kita hingga akhir hayat tiba. Marilah kita beristiqomah dalam iman dan Islam, sebab kita tidak tahu kapan persisnya Allah subhaanahu wa ta’aala datangkan angin yang akan mencabut nyawa setiap mu’min tersebut. Tapi suatu hal yang pasti, marilah kita berdoa semoga ketika Allah subhaanahu wa ta’aala taqdirkan angin itu berhembus kita tidak termasuk yang dibiarkan hidup sehingga harus mengalami hari dahsyat kiamat.



اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ


“Ya Allah, yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam ketaatan kepadaMu.” (HR Muslim 13/119)



------------------------------

dari eramuslim

Shalat Isya Dan Subuh Berjamaah

Rasulullah SAW bersabda :

"Barang siapa shalat isya berjamaah, maka seolah - olah ia telah bangun untuk shalat tengah malam. Dan barang siapa shalat subuh berjamaah, maka seolah - olah ia telah bangun untuk beribadah sepanjang malam."

---------------

H.R. Muslim

Meminta Keridhoan Allah

"Barang siapa yang meminta ridha Allah, maka Allah akan ridha kepadanya dan membuat manusia juga akan meridhainya dan barang siapa meminta ridha manusia dengan mengerjakan sesuatu yang dibenci Allah, maka Allah benci kepadanya dan membuat manusia benci kepadanya."

-----------------------------

[HR. Ibnu Majah]

Malu

Bukannya Tidak Pede

Mempunyai sifat malu bukan berarti menjadikan kita rendah diri, minder, atau nggak pede. Apalagi gara-gara ketidakpedean itu kita jadi urung melakukan kebaikan, amal shalih, dan menuntut ilmu. Jika hal itu terjadi pada diri kita, cobalah kita berintrospeksi, apakah sebenarnya malu yang kita rasakan itu karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala atau karena manusia. Misalnya saja kita malu memakai jilbab yang syar’I, malu menunjukkan jati diri sebagai seorang Pria Muslim atau malu pergi ke majelis ta’lim. Apakah malu yang demikian ini karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala atau hanya rasa malu, ketakutan dan kecemasan kita kepada selain-Nya? Padahal, malu kepada Alloh-lah yang seharusnya kita utamakan. Bukankah Alloh-lah yang paling berhak kita malui?


Al-Qurthubi rahimahulloh berkata: “Al-Musthafa (Nabi Muhammad) Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah orang yang pemalu. Beliau menyuruh (umatnya) agar mempunyai sifat malu. Namun satu hal yang perlu diketahui bahwa malu tidak dapat merintangi kebenaran yang beliau katakan atau menghalangi urusan agama yang beliau jadikan pegangan sesuai dengan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan Alloh tidak malu (menerangkan) yang benar” (QS: Al-Ahzab: 53)”.



Sifat malu memang adakalanya harus disingkirkan, yaitu saat kita menuntut ilmu. Dalam hal ini, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah berkata: “Orang yang tidak tahu tidak selayaknya malu bertanya, dan orang yang ditanya tidak perlu malu bila tidak mengetahuinya untuk mengatakan: Saya tidak tahu”.


Imam Bukhari rahimahulloh berkata: “Orang yang pemalu dan sombong tidak akan bisa mempelajari ilmu.” Hal ini juga dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan Aisyah radhiyallahu ‘anha. Ia berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Rasa malu pada diri mereka tidak menghalangi mereka mendalami ilmu agama.” (Fathul Bari 1/229)


Harus Ditumbuhkan

Pengunjung Media Muslim INFO yang tercinta… sifat yang mulia ini selayaknyalah kita pupuk dengan baik dan kita jaga agar tidak musnah dari diri kita. Berbahagialah kita, jika kita terlahir sebagai sebagai seorang yang pemalu, yang berati kita telah mempunyai sifat dasar yang baik. Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada Asyaj dari bani Anshar, yang artinya: “Pada dirimu ada dua sifat yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala sukai.” Maka ia bertanya, “Apakah itu, wahai Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam?” Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab; “Sabar dan malu”. Asyaj bertanya lagi, “Apakah kedua sifat itu sudah ada sejak dulu atau baru ada?”. Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Sejak dulu.” Asyaj berkata, “Puji syukur kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberiku dua sifat yang Allah sukai “ (HR: Ibnu Abi ‘Ashim).



Jika memang kita rasakan sifat itu kurang pada diri kita, maka tidak perlu khawatir karena sifat itu dapat ditumbuhkan. Dengan meningkatkan iman, ma’rifatulloh, dan pendekatan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sehingga dalam diri kita timbul kesadaran bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mengawasi, mengetahui segala sesuatu yang kita kerjakan dan yang kita simpan dalam hati maka akan tumbuhlah malu imani yang mampu mencegah seseorang berdosa karena takut pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam.


(Sumber Rujukan: Al-Qur’an, Fathul Bari, Hadits Bukhori dan Muslim dan berbagai sumber lainnya)


----------------------------------------

Disalin dari: Arsip Moslem Blogs dan sumber artikel dari Media Muslim Info


Etika Berkomunikasi Lewat Telepon

Ceklah dengan baik nomor telepon yang akan anda hubungi sebelum anda menelpon agar anda tidak mengganggu orang yang sedang tidur atau mengganggu orang yang sedang sakit atau merisaukan orang lain.

Pilihlah waktu yang tepat untuk berhubungan via telepon, karena manusia mempunyai kesibukan dan keperluan, dan mereka juga mempunyai waktu tidur dan istirahat, waktu makan dan bekerja.

Jangan memperpanjang pembicaraan tanpa alasan, karena khawatir orang yang sedang dihubungi itu sedang mempunyai pekerjaan penting atau mempunyai janji dengan orang lain.

hendaknya wanita tidak memperindah suara di saat ber-bicara (via telpon) dan tidak berbicara melantur dengan laki-laki. Allah berfirman yang artinya: �Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik�. (Al-Ahzab: 32).

Maka hendaknya wanita berhati-hati, jangan berbicara diluar kebiasaan dan tidak melantur berbicara dengan lawan jenisnya via telepon, apa lagi memperpanjang pembicaraan, memperindah suara, memperlembut dan lain sebagainya.

Hendaknya penelpon memulai pembicaraannya dengan ucapan Assalamu`alaikum, karena dia adalah orang yang datang, maka dari itu ia harus memulai pembicaraannya dengan salam dan juga menutupnya dengan salam.

Tidak memakai telpon orang lain kecuali seizin pemilik-nya, dan itupun bila terpaksa.

Tidak merekam pembicaraan lawan bicara kecuali seizin darinya, apapun bentuk pembicaraannya. Karena hal tersebut merupakan tindakan pengkhianatan dan mengungkap rahasia orang lain, dan inilah tipu muslihat. Dan apabila rekaman itu kamu sebarluaskan maka itu berarti lebih fatal lagi dan merupakan penodaan terhadap amanah. Dan termasuk di dalam hal ini juga adalah merekam pembicaraan orang lain dan apa yang terjadi di antara mereka. Maka, ini haram hukumnya, tidak boleh dikerjakan!

Tidak menggunakan telepon untuk keperluan yang negatif, karena telepon pada hakikatnya adalah nikmat dari Alloh yang Dia berikan kepada kita untuk kita gunakan demi memenuhi keperluan kita. Maka tidak selayaknya jika kita menjadikannya sebagai bencana, menggunakannya untuk mencari-cari kejelekan dan kesalahan orang lain dan mencemari kehormatan mereka, dan menyeret kaum wanita ke jurang kenistaan. Ini haram hukumnya, dan pelakunya layak dihukum.


----------------------------------------------------

(Sumber: Kitab “Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari” By : Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan) - MMINFO

Akhwat Sejati

Akhwat Sejati…

Bukan dilihat dari kecantikan parasnya…

Tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya…


Akhwat Sejati…

Bukan dilihat dari bentuk tubuh yang mempesona…

Tetapi dari sejauh mana dia berhasil menutup tubuhnya…


Akhwat Sejati…

Bukan dilihat dari begitu banyaknya dia melakukan kebaikan…

Tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan itu…


Akhwat Sejati…

Bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya…

Tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan…


Akhwat Sejati…

Bukan dilihat dari keahliannya berbicara…

Tetapi dari bagaimana caranya berbicara….


Akhwat Sejati…

Bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian…

Tetapi dari sejauh mana dia mempertahankan kehormatannya…


Akhwat Sejati…

Bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan…

Tetapi dari kekhawatiran dirinya yang membuat orang tergoda…


Akhwat Sejati…

Bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani…

Tetapi dari sejauh mana dia menghadapi ujian dengan kesabaran…


Akhwat Sejati…

Bukan dilihat dari sifat supelnya bergaul…

Tetapi dari sejauh mana dia menjaga kehormatannya dalam bergaul…

Ikhwan Sejati

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya: “Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati..”

Sang Ibu tersenyum dan menjawab…


  • Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya….

  • Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran…..

  • Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa …

  • Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah…

  • Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan…

  • Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu…

  • Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya…

  • Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahdapi lika-liku kehidupan…

  • Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca…


    ….setelah itu, ia kembali bertanya…


    ” Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?”


    … Sang Ibu memberinya buku dan berkata. “Pelajari tenteng dia…” ia pun mengambil buku itu


    “MUHAMMAD”, judul buku yang tertulis di buku itu.

  • Sekilas Wali Songo

    Walisongo” berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

    Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

    Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

    Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

    Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

    Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha

    _________________


    dari mailis taubat nashuha, sumber pesantren.net

    3 Bukti Cinta Sejati

    Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya :

    “Bukti cinta sejati itu ada tiga, yaitu :

    1. memilih kalam kekasihnya (Al-Qur’an) daripada kalam lain-Nya (hasil produk manusia);

    2. memilih bergaul dengan kekasih-Nya daripada bergaul dengan yang lain;

    3. memilih keridhaan kekasih-Nya daripada keridhaan yang lain.”



    Demikian ini karena orang yang mencintai sesuatu itu, ia menjadi hambanya. Yahya bin Mu’adz sehubungan dengan pengertian ini telah mengatakan : “Setitik benih cinta kepada Allah lebih aku sukai daripada pahala mengerjakan ibadah tujuh puluh tahun.”

    ________________

    dari nashaihul ‘ibad (nasihat-nasihan untuk para hamba) oleh Imam Nawawi

    Menutup Aurat

    Pantun - Mari Menutupi Aurat


    Tutup aurat satu tuntutan,

    Dalam keluarga wajib tekankan,

    Kalau tak ikut gunalah rotan,


    Demi melaksanakan perintah Tuhan.


    Aurat ditutup mestilah lengkap,

    Tudung litup termasuk serkap,

    Mini telekong pun orang cakap,

    Elok dipandang tak payahpun ‘make up’.


    Sekurang-kurangnya berbaju kurung,

    Lebih elok jubah mengurung,

    Kaki pula mesti bersarung,


    Ditumit kaki syaitan bertarung.


    Kalau wanita menutup aurat,

    Orang jahat tak berani ngorat,

    Bahkan boleh menjadi ubat,

    Orang memandang boleh bertaubat.


    Pakaian modern memanglah hebat,

    Harganya mahal walaupun ketat,

    Walaupun cantik tetapi singkat,

    Orang memakai pun nampak pusat.



    Berseluar ketat bajupun ketat,

    Jarangnya pulak boleh dilihat,

    Orang yang memakai terus dilaknat,

    Oleh Allah, Rasul dan Malaikat.


    Apa yang aneh bila dipandang,

    Lengan pendek tapi bertudung,

    Nampak seperti orang yang kudung,

    Mata terpandang kaki tersandung.


    Lagilah aneh bila di fikir,


    Baju kebaya tudung berukir,

    Nampak dada iman terjungkir,

    Kain terbelah peha terukir.


    Bila ditanya kenapa begitu,

    Dia kata fesyennya dah macam tu,

    Di dalam hati niat tertentu,

    Menggoda jantan sudahlah tentu.


    Menutup aurat boleh berfesyen,

    Tetapi jangan menunjuk eksyen,


    Sesuaikan diri ikut profesyen,

    Kalau dilaknat tak guna sesen.


    Kalau nak “Make Up” biarlah padan,

    Jangan terlebih bila berdandan,

    Minyak wangi cuba elakkan,

    Bedak dan gincu sekadar keperluan.


    Kasut tinggi cuba jauhi,


    Kerana ia melahirkan bunyi,

    Boleh menarik perhatian lelaki,

    Perbuatan ini dibenci Ilahi.


    Apatah lagi menghentakkan kaki,

    Menarik perhatian orang laki-laki,

    Melenggok punggung menggoda hati,

    Ustaz melihat pun separuh mati.

    Syaitan sangat suka lah hati ,


    Buat apa nak tayang jambul,


    Kecantikan tak usah ditonjol-tonjol,

    Mahkota disimpan tak jadi bisol,

    Memakai tudung Islam tersimbol.


    Selokaku ini bukanlah jahat,

    C u m a saja mahu peringat,

    Kepada semua para sahabat,

    Terutama sekali rakan sejawat.


    Kalau nak ikut nasihat ini,

    Jangan bertangguh ubahlah diri,


    Benda yang baik tak payah diuji,

    Akan terserlah akhlak terpuji.


    Kepada semua kawan lelaki,

    Jangan tergelak wanita diperli,

    Keluarga kita tak terkecuali,

    Terutama sekali anak dan bini.


    Sudahkah kita tanamkan iman,

    Menutup aurat sepanjang badan,

    Ke sana sini dilindungi Tuhan,


    Keluarga menjadi contoh teladan.


    Setakat ini seloka kami,

    Harap dapat menghibur hati,

    Yang baik bolehlah anda ikuti,

    Kalau boleh besok mulai.

    Ikhlas dan Sabar Dalam Melakukan Amar Ma'ruf Nahi Munkar

    Seorang salafus sholihin pernah menasihati anak-anaknya, “Apabila seseorang dari kalian hendak melakukan amar ma’ruf nahi munkar, hendaklah ia memantapkan diri untuk bersabar dan meyakini datangnya pahala (dan perlindungan) dari Allah. Sebab, barang siapa yakin akan pahala (dan perlindungan) dari Allah SWT, maka ia tidak akan pernah khawatir akan timbulnya gangguan atas dirinya”. (dikisahkan dalam buku Ihya Ulumuddin, Imam Ghozali)




    Allah memuji orang yang sabar dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Firman Allah SWT :



    “Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (QS Al Baqarah, 177)



    Allah menjanjikan kemenangan bagi orang yang bersabar, Firman-Nya :



    “Jika kamu bersabar dan bersiap siaga dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (QS, Ali Imran, 125)



    Luruskan niat dan bersabarlah dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, bersabarlah dengan segala cobaan dan sikap musuh kita, karena Allah telah memberikan janji-Nya bahwa Ia akan menguatkan kedudukan kita kalau kita ikhlas menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Ini telah dijanjikan Allah dalam firman Allah SWT :



    “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS, Surat Muhammad ayat 7)




    “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS, Al Hajj, 40)





    ----------------

    kebun hikmah.com

    Firman Allah Untuk Wanita

    Terlihatlah dengan jelas gambar diatas dengan pesan yang ada didalamnya. Tak perlu penjelasan lagi tentang ayat tersebut. Bahwasanya Apa yang tertulis didalam Al Quran merupakan perkataan Allah SWT yang disampaikan Oleh Nabi Muhammad SAW.

    Jadi jelaslah bila kita tidak mematuhinya maka golongan kirilah kalian akan dapati. Wawllahualam.


    ===========


    Wanita, engkaulah wanita

    Tutuplah aurat mu, dan berikan pada yang berhak

    Yaitu Suamimu, agar ia senang dengan keaslianmu

    Makna Jihad dan Jenis-jenisnya

    Ibnu Qayyim al-Jauziyah mendefinisikan jihad sebagai perjuangan menegakkan Islam dengan cara Islam. Beliau membagi jihad ini menjadi 4 bagian. Adanya macam-macam jenis jihad ini dapat dimaknai sebagai adanya berbagai urgensi untuk tiap masalah (tergantung situasi dan kondisi), tapi sama sekali bukan berarti bahwa adanya yang lebih penting atau bukan berarti melupakan atau meremehkan yang tidak begitu utama. Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi umat Islam dewasa ini, rasanya semua jenis jihad yang ada menjadi penting untuk dikerjakan.




    I. Jihad menundukkan hawa nafsu (meliputi 4 tahap).



    1. Berjihad dengan mempelajari ajaran agama Islam demi kebahagiaan dunia dan akhirat.

    2. Berjihad dengan melaksanakan ilmu yang telah diperolehnya, karena ilmu tanpa amal adalah tidak berarti, dan bahkan membahayakan.

    3. Berjihad dengan menjalankan dakwah berdasarkan ilmu yang benar dan praktik nyata.

    4. Berjihad dengan menekan diri agar sabar terhadap cobaan dakwah berupa gangguan manusia.



    Empat hal inilah makna yang terkandung dalam surah Al-Ashr, yang kata Imam Syafii, seandainya Allah tidak menurunkan ayat lain kecuali Al-'Ashr, niscaya surah Al-Ashr cukup bagi manusia.



    II. Jihad melawan setan (meliputi 2 hal).




    1. Berjihad melawan pemikiran setan berupa syubhat dan keragu-raguan yang dapat merusak keimanan. Perlawanannya adalah dengan keyakinan.

    2. Berjihad melawan setan yang membisikan agar terjerumus kepada syahwat hawa nafsu. Caranya dengan sabar dan menahan diri dengan berpuasa. (Lihat As-Sajdah: 2).



    III. Jihad melawan kaum kufar dan munafikin (melalui 4 tahap).



    1. Berjihad dengan qalbu (hati).

    2. Berjihad dengan lisan.

    3. Berjihad dengan harta.

    4. Berjihad dengan tangan.




    Jihad melawan kaum kuffar lebih utama dengan tangan (kekuasaan), sementara

    terhadap kaum munafikin dilakukan dengan lisan.



    IV. Jihad melawan kezaliman, kemungkaran, dan bid’ah (ditempuh melalui 3 tahap).

    1. Berjihad dengan tangan (kekuasaan) kalau mampu.

    2. Kalau tidak, dengan lisan.

    3. Kalau masih tidak mampu, maka terakhir dengan hati. (HR Muslim).



    Demikian 13 jenis jihad yang telah dilaksanakan secara sempurna oleh Rasulullah saw. (Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Zaadul Ma'ad, Juz 3, hlm. 6--12).




    (sumber tulisan dikutip dari kebun hikmah).

    Penantian Panjang

    “Maaf ya akhi dan ukhti IKRAMA semuanya,, saya nugroho wahyu ningram ingin berbagi bahagia yang saya rasakan saat ini, moga akhi ukhti juga merasakan hal yang sama. Selamat membaca.”


    Sejak kemarin minggu ada perasaan yang membuat hati saya ini serasa ada yang mengganjal. Sebenarnya minggu depan saya harus sudah bertolak ke Jogjakarta untuk datang pada mbah saya di sana. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu! namun saat ini saya harus lah menunggu selama 1 minggu. Mengapa? Karna saya harus menyelesaikan PKL nya. Wah gimana gak kebayang terus. Pas kerja angan akan pergi ke tanah kelahiran terus membayang, senang rasanya kalau sudah datang, bisa bertemu dengan keluarga ku. Namun sepertinya harus menunggu dulu selama 1 minggu ini untuk menyelesaikan PKL ini



    Sudah hampir tiap malam saya membayangkannya, menghayalkannya, dan memimpikannya. aah, ingin segera pergi ke sana hati ini.


    Berita ini merupakan berita gembira bagi saya setelah hampir 7 tahun tidak pulang kampung. Ah pokoknya dari kelas 5 SD saya belum lagi pergi kesana.


    Semoga apa yang saya impi impikan ini terwujud! Dan tentunya di ridhoi oleh Allah SWT. Amin!.

    Hukum Pacaran dalam Islam

    Berhubung remaja sekarang sudah mulai sangat akrab dengan apa yang namanya pacaran dansebagainya, kemudian saya mencarikan artikel tentang hukum dari pacaran itu sendiri,kemudian saya posting kembali di sini dengan menyertakan sumber artikelnya. Semoga bermanfaat…


    1. Hukum pacaran itu bagaimana sih? ….

    2. Saya ingin tanya tentang pergaulan antara pria dan wanita menurut syariat islam! dan bagaimana hukumnya apabila tidak berpacaran namun bergaul dengan pria lain dan pria itu timbul perasaan terhadap kita walaupun kita tidak ingin dikatakan berpacaran dengan pria itu walaupun wanitanya lama-lama juga timbul perasaan tertarik pada pria tersebut? Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya! …

    3. Saya muslimah ingin menyakan tentang hukum pacaran saya pernah dengar katanya pacaran itu haram lalu bagi cowok untuk mengetahui sifat/karakter pujaannya bisa mengirim saudaranya untuk mengetahui nya(mohon koreksinya), lalu bagaimana dengan cewek? apakah juga perlu mengirimkan saudaranya untuk mengetahui sifat cowok pujaanya? …



    Jawaban:


    Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan mahram dan hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan dalam Surah An-Nisa 23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak boleh dikawin oleh laki-laki) adalah ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik sekandung ataupun sebapak), bibi (dari bapak ataupun ibu), keponakan (dari saudara sekandung atau sebapak), anak perempuan (baik itu asli ataupun tiri dan termasuk di dalamnya cucu), ibu susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Maka, yang tidak termasuk mahram adalah sepupu, istri paman, dan semua wanita yang tidak disebutkan dalam ayat di atas.



    Uturan untuk mahram sudah jelas, yaitu seorang laki-laki boleh berkhalwat (berdua-duaan) dengan mahramnya, semisal bapak dengan putrinya, kakak laki-laki dengan adiknya yang perempuan, dan seterusnya. Demikian pula, dibolehkan bagi mahramnya untuk tidak berhijab di mana seorang laki-laki boleh melihat langsung perempuan yang terhitung mahramnya tanpa hijab ataupun tanpa jilbab (tetapi bukan auratnya), semisal bapak melihat rambut putrinya, atau seorang kakak laki-laki melihat wajah adiknya yang perempuan. Aturan yang lain yaitu perempuan boleh berpergian jauh/safar lebih dari tiga hari jika ditemani oleh laki-laki yang terhitung mahramnya, misalnya kakak laki-laki mengantar adiknya yang perempuan tour keliling dunia. Aturan yang lain bahwa seorang laki-laki boleh menjadi wali bagi perempuan yang terhitung mahramnya, semisal seorang laki-laki yang menjadi wali bagi bibinya dalam pernikahan.


    Hubungan yang kedua adalah hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-duaan), larangan melihat langsung, dan kewajiban berhijab di samping berjilbab, tidak bisa berpergian lebih dari tiga hari dan tidak bisa menjadi walinya. Ada pula aturan yang lain, yaitu jika ingin berbicara dengan nonmahram, maka seorang perempuan harus didampingi oleh mahram aslinya. Misalnya, seorang siswi SMU yang ingin berbicara dengan temannya yang laki-laki harus ditemani oleh bapaknya atau kakaknya. Dengan demikian, hubungan nonmahram yang melanggar aturan di atas adalah haram dalam Islam. Perhatikan dan renungkanlah uraian berikut ini.


    Firman Allah SWT yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra: 32).


    “Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ‘Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ….’ Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ‘Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya …’.”


    (An-Nur: 30–31)
    .


    Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.


    Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, ‘Palingkanlah pandanganmu itu!” (HR Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).


    Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).



    “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari).


    Rasulullah saw. berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, “Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun berikutnya tidak boleh.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).


    Al-Hakim meriwayatkan, “Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya melainkan ingin berzina padanya.”


    Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan.



    Ath-Thabarani dan Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah berfirman yang artinya, ‘Penglihatan (melihat wanita) itu sebagai panah iblis yang sangat beracun, maka siapa mengelakkan (meninggalkannya) karena takut pada-Ku, maka Aku menggantikannya dengan iman yang dapat dirasakan manisnya dalam hatinya.”


    Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, “Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.”


    Di dalam kitab Dzamm ul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abu al-Hasan al-Wa’ifdz bahwa dia berkata, “Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa’idz wafat di kota Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda hitam itu pun bertanya kepadanya, ‘Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah hitam berada di wajah Anda?’ Dia menjawab, ‘Pernah pada suatu ketika aku melewati kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, ‘Wahai Habib?’ Aku menjawab, ‘Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.’ Allah berfirman, ‘Lewatlah Kamu di atas neraka.’ Maka, aku melewatinya dan aku ditiup sekali sehingga aku berkata, ‘Aduh (karena sakitnya).’ Maka. Dia memanggilku, ‘Satu kali tiupan adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti Aku akan menambah tiupan (api neraka).”



    Hal tersebut sebagai gambaran bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat kelak.


    “Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua mengajakku keluar. Maka, aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya, menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata, ‘Apa ini?’ Kedua orang itu berkata, ‘Mereka adalah orang-orang yang telah melakukan zina.” (Isi hadis tersebut kami ringkas redaksinya. Hadis di ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).


    Di dalam kitab Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas r.a., keduanya berkata, Rasulullah saw. Berkhotbah, “Barang siapa yang memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan dia ke dalam neraka. Barang siapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal) baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam neraka. Barang siapa yang berjabat tangan dengan seorang wanita (yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan dibelenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam neraka. Dan, barang siapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia. Sedangkan setiap wanita yang menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus membarengi dirinya, mencium, bergaul, menggoda, dan bersetubuh dengannya, maka wanitu itu juga mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki tersebut.”



    ‘Atha’ al-Khurasaniy berkata, “Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah pintu. Yang paling menakutkan, paling panas, dan paling bisuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang melakukan perbuatan tersebut setelah mengetahui hukumnya.”


    Dari Ghazwan ibn Jarir, dari ayahnya bahwa mereka berbicara kepada Ali ibn Abi Thalib mengenai beberapa perbuatan keji. Lantas Ali r.a. berkata kepada mereka, “Apakah kalian tahu perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Jalla Sya’nuhu?” Mereka berkata, “Wahai Amir al-Mukminin, semua bentuk zina adalah perbuatan keji di sisi Allah.” Ali r.a. berkata, “Akan tetapi, aku akan memberitahukan kepada kalian sebuah bentuk perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Tabaaraka wa Taala, yaitu seorang hamba berzina dengan istri tetangganya yang muslim. Dengan demikian, dia telah menjadi pezina dan merusak istri seorang lelaki muslim.” Kemudian, Ali r.a. berkata lagi, “Sesungguhnya akan dikirim kepada manusia sebuah aroma bisuk pada hari kiamat, sehingga semua orang yang baik maupun orang yang buruk merasa tersiksa dengan bau tersebut. Bahkan, aroma itu melekat di setiap manusia, sehingga ada seseorang yang menyeru untuk memperdengarkan suaranya kepada semua manusia, “Apakah kalian tahu, bau apakah yang telah menyiksa penciuman kalian?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak mengetahuinya. Hanya saja yang paling mengherankan, bau tersebut sampai kepada masing-masing orang dari kita.” Lantas suara itu kembali terdengar, “Sesungguhnya itu adalah aroma alat kelamin para pezina yang menghadap Allah dengan membawa dosa zina dan belum sempat bertobat dari dosa tersebut.”



    Bukankah banyak kejadian orang-orang yang berpacaran dan bercinta-cinta dengan orang yang telah berkeluarga? Jadi, pacaran tidak hanya mereka yang masih bujangan dan gadis, tetapi dari uisa akil balig hingga kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah tersebut di atas. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja.


    Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan.


    “Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami).


    Selain dua hal tersebut di atas, baik itu dinamakan hubungan teman, pergaulan laki perempuan tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun pergaulan guru dan murid, bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar aturan di atas adalah haram, meskipun Islam tidak mengingkari adanya rasa suka atau bahkan cinta. Anda bahkan diperbolehkan suka kepada laki-laki yang bukan mahram, tetapi Anda diharamkan mengadakan hubungan terbuka dengan nonmahram tanpa mematuhi aturan di atas. Maka, hubungan atau jenis pergaulan yang Anda sebutkan dalam pertanyaan Anda adalah haram. Kalau masih ingin juga, Anda harus ditemani kakak laki-laki ataupun mahram laki-laki Anda dan Anda harus berhijab dan berjilbab agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam.


    Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah agar diberi kekuatan untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga Allah menolong kita, amin.



    Adapun pertanyaan berikutnya kami jawab bahwa cara mengetahui sifat calon pasangan adalah bisa tanya secara langsung dengan memakai pendamping (penengah) yang mahram. Atau, bisa melalui perantara, baik itu dari keluarga atau saudara kita sendiri ataupun dari orang lain yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak. Kemudian, bagi seorang laki-laki yang menyukai wanita yang hendak dinikahinya, sebelum dilangsungkan pernikahan, maka baginya diizinkan untuk melihat calon pasangannya untuk memantapkan hatinya dan agar tidak kecewa di kemudian hari.


    “Apabila seseorang hendak meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat sebagian yang dikiranya dapat menarik untuk menikahinya, maka kerjakanlah.” (HR Abu Daud).


    Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan sebagai persiapan seorang muslim apabila hendak melangsungkan pernikahan.

    1. Memilih calon pasangan yang tepat.

    2. Diproses melalui musyawarah dengan orang tua.

    3. Melakukan salat istikharah.


    4. Mempersiapkan nafkah lahir dan batin.

    5. Mempelajari petunjuk agama tentang pernikahan.

    6. Membaca sirah nabawiyah, khususnya yang menyangkut rumah tangga Rasulullah saw.

    7. Menyelesaikan persyaratan administratif sesui dengan peraturan daerah tempat tinggal.

    8. Melakukan khitbah/pinangan.

    9. Memperbanyak taqarrub kepada Allah supaya memperoleh kelancaran.

    10. Mempersiapkan walimah.


    Demikian uraian jawaban kami, wallaahu a’lam.


    ______________________

    Sumber : Al Islam Or Id


    Bila Manusia Jatuh Cinta

    Apakah benar akan membuatnya lupa akan diri sendiri.? Mungkin saja, tapi hakikatnya saat manusia jatuh cinta, semakin ia ingat dengan cintanya. Semakin kuat ingatannya pada drinya sendiri.

    Suatu ketika Hasan dan Husein melihat ibunya, Fatimah (semoga Allah senantiasa merahmati) sedang berdoa. lalu mereka mendengarkan doa yang dipanjatkan oleh ibunya. Fatimah menyebut banyak nama dalam doanya termasuk juga untuk saudara seimannya di banyak tempat, di doakannya semua dengan doa-doa yang penuh kebaikan. Namun mereka heran. Mengapa sang ibu tak menyebut dirinya sendiri. Ya, Fatimah mendoakan banyak orang namun tidak melupakan dirinya sendiri. Dan itu terjadi terus saat Fatimah berdoa.

    Sahabat mungkin kita juga masih menemui orang-orang seperti Fatimah. Yang seringkali memanjatkan doa, dengan khusyuk dan menangis bahkan. Semua doanya berisi kebaikan. namun ternyata orang tersebut tak mendoakan dirinya sendiri. Lupakah dirinya? Atau bodohkah?


    Saya yakin tidak, tapi saya yakin itu semua karena pemahaman yang amat sangat tentang arti cinta.


    Ingatkah kejadian sahabat yang ditegur oleh Rosul ketika ditanya sebesar apa cintanya terhadap dirinya. Sahabat itu menjawab kalau dia mencintai Rosul sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, yang kemudian di tegur oleh rosul itu bukanlah cinta. Tapi cinta Rosul adalah saat Rosul lebih kita cintai daripada diri kita sendiri, itulah koreksinya. yang kemudian sahabat itu mengatakan hal tersebut.


    Sahabat, pecinta senjati lebih cinta pada cintanya daripada dirinya sendiri. Dia lebih ingat cintanya daripada dirinya sendiri. Maka saat kita melihat ada orang yang dengan tulus pada kita mendoakan diri kita dengan banyak hal yang baik, namun dia sendiri tidak atau hanya sedikit doa untuk dirinya sendiri, percayalah cintanya lebih besar dari apa yang pernah kita kira.



    Mengendaplah mendengar tangisan doa seorang ibu di tengah malam, maka Anda akan tahu betapa benar nyata cintanya.


    Mengendaplah mendengar lantunan doa dari seorang ayah di tengah lelahnya bekerja. Maka Anda akan temui, betapa luas lautan cintanya.


    Bukalah lembaran sejarah umat ini. Saat seorang pribadi agung menyebut “umatku,umatku,umatku” di akhir hayatnya, maka Anda akan yakini betapa besar dan kokoh cintanya pada umatnya.


    Ya, bila manusia jatuh cinta.

    Cintanya lah yang sering diingat,


    Cintanyalah yang yang sering disebut,

    Cintanyalah yang selalu menjadi harapannya,

    Dan dia yakin semakin besar dia cinta,

    Semakin besarpula cintanya membalas,

    Semakin sering dia menyebut cintanya,

    Semakin sering sang cinta menyebut namanya,

    Semakin dia agungkan nama sang cinta,

    Semakin diagungkan namanya oleh sang cinta,…

    Pada siapapun,…


    Ayah,ibu,suami,istri,anak,umat,orang yang Anda kasihi, Rosul atau Allah pencipta segala alam..

    Hukum jatuh cinta tetap sama…


    “Cinta sejati tak pernah bertepuk sebelah tangan”

    “Ingatlah Aku, maka Aku pun akan ingat kepadamu.. “(QS Al Baqoroh:152)


    ________________

    sumber : http://bebetter.info/

    Detik - detik kematian Rasulullah

    Inilah bukti cinta yang sebenar-benarnya tentang cinta, yang telah dicontohkan Allah SWT melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit mulai menguning di ufuk timur, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya.


    Rasulullah dengan suara lemah memberikan kutbah terakhirnya, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, al-Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.”


    Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu.



    Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.


    Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.


    “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.


    “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.


    Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah.



    “Siapakah itu wahai anakku?”

    “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.


    Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.


    “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah.


    Fatimah menahan ledakkan tangisnya.



    Malaikat maut telah datang menghampiri. Rasulullah pun menanyakan kenapa Jibril tidak menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.


    “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.


    “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.


    Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat Rasul lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya.


    “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi.



    “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?”


    “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril meyakinkan.


    Detik-detik kian dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.


    “Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.” Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah mengaduh.



    Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka.


    “Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.


    “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sambil terus berpaling.


    Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.


    “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” pinta Rasul pada Allah.



    Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya.


    “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”


    Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.


    “Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran kemuliaan itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.



    Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya. Seperti Allah dan Rasul mencintai kita semua.


    dikutip dari ais.blogsome.com

    Biarkan Angkatan 07-08 BerSapa Salam

    Trims bgt wat Ikrama
    ana bolehkan curhat disini? Dikit aja yagh!!



    Pertama, saya ucapkan puji dan syukur pada Rabb kita Allah SWT yang masih memberi rahmat pada kita semua.

    Kedua, Tak lupa pula shalawat beserta salam selalu tercurahkan pada jungjunan kita Nabi Muhammad SAW yang datang dengan cahaya yang di ridhoi Allah SWT.

    Ketiga, Untuk Ikrama sendiri, akhi - akhi dan ukhti - ukhti angkatan sebelum saya yang telah memberikan segenap kasih dan sayang kepada kami Ikrama angkatan 2007/2008,

    Dan yang ter akhir untuk adik - adik kami Ikrama angkatan 2008/2009 yang masih harus banyak belajar dan harus terus berjuang demi IKRAMA, kami juga di sini akan senantiasa ikut berjuang di sampingmu demi IKRAMA.





    Ijinkan lah saya mewakili angkatan saya untuk berbagi cerita tentang perasaan yang terjadi selama kami menjabat sebagai pengurus IKRAMA angkatan 2007/2008.


    Saya mulai ketika kami hendak di tanyai dalam sebuah acara yang dimana acara tersebut memang di buat untuk manyaring para khalifah untuk memimpin IKRAMA angkatan 2007/2008. Ketika itu terpilihlah akhi Rukman sebagai Ketua Ikrama ikhwan dan ukhti Imas Masitoh sebagai ketua Ikrama akhwat.


    Selama selang beberapa minggu akhirnya secara resmi kami memulai kerja sebagai pengurus IKRAMA dari mulai pengenalan Organisasi dalam MBS PDB sampai Mabit ke-4 dalam angkatan kami sebagai penutupnya. Dalam masa 1 kepengurusan ini kami mendapat berbagai ilmu dan juga berbagai kendala, namun yan kami dapat adalah ilmunya, sedangkan dalam masalah kendala hanya berada dalam finance saja, dan itu menurut kami bukanlah masalah yang besar, karna kami yakin segala kegiatan ini untuk menjunjung nama besar Allah..semoga Allah meridhoi setiap usaha kami.